Sunday, November 23, 2008

CENTRAL JAVA TOUR

Central Java Tour – sebutan buat perjalanan sy dr tgl 22 – 27 Oktober 2008 lalu. Temen2 yg biasanya suka jalan tp pd keluar kota semua; ditambah tanggal tua pula (kentara Batak-nya) jadinya pd gak bisa ikutan. Alhasil, sy seorang diri yg mengadakan perjalanan tersebut. Hidup gak selalu harus bekerja, kan?

Hari 0 : Rabu, 22 Oktober 2008 pkl. 21.00

Jakarta – Purwokerto

Krn sdh mlm, maka sy memutuskan utk naik bus dr Lebak Bulus; secara start point sy di Fatmawati. Tiba di sana, hampir semua bus jurusan Wonosobo maupun Purwokerto sdh berangkat. Setelah tanya sana-sini, akhirnya tersisa satu bus malam jurusan Purwokerto, itupun yg non-AC. Gak apa2lah, sdh mlm juga kok. Tepat pkl. 9 malam bus meninggalkan terminal Lebak Bulus. Tdk byk yg bisa sy ceritakan selama di perjalanan; badan begitu capek sepulang dr Pangandaran plus ngantuk membuat sy lebih banyak tertidur. Sy terbangun saat bus berada di sekitar Tasikmalaya krn mengalami kemacetan selama hampir 1 jam akibat adanya truk yg gak bisa naik.

Hari 1 : Kamis, 23 Oktober 2008

Purwokerto – Wonosobo – Dieng

Sempat juga dioper ke bus omprengan utk menuju ke terminal Purwokerto. Tiba di Purwokerto sekitar pkl. 6 pagi disambut dgn cuaca yg sedikit gerimis sy langsung mencari bus jurusan Wonosobo. Menurut petugas di sana, kalau mau ke Wonosobo, lebih baik naik bus kecil yg tujuan Wonosobo (non-AC) drpd bus tujuan Magelang atau sekitarnya yg juga melewati Wonosobo. Alasannya, bus kecil berangkat setiap 5-10 menit, sedangkan bus besar agak lama. Perjalanan ke Wonosobo lumayan menyenangkan; bus seringkali berhenti utk mengangkut para petani, pedagang, anak sekolahan, pegawai swasta, PNS, dll. Alhasil bus penuh sesak di pagi itu. Jalanan yg banyak lurusnya ditambah kemahiran supir mengendalikan bus sehingga dlm waktu 1,5 jam sy telah tiba di Wonosobo. Langsung sy mencari tempat makan yg byk terdpt di terminal. Perjalanan sy lanjutkan menuju ke Dieng. Sy harus naik bus kecil menuju ke jalan Kauman terlebih dahulu krn dari sana bus yg menuju ke Dieng lebih cepat berangkat dibanding di tempat lainnya yg waktu ngetemnya sangat lama. Bus 3/4 yg sy naiki kembali penuh sesak oleh warga yg menuju ke Dieng. Seingat sy, hanya sy sendiri penumpang di dalam bus tsb yg ingin berwisata ke Dieng. Medan yg berkelok-kelok, jalan raya yg cukup sempit, ditambah kemampuan bus yg agak susah mendaki membuat perjalanan terasa lama. Eittss, itu kalau hanya melihat kondisi tsb. Tp waktu melihat pemandangan di luar, terasa suasana yg begitu nyaman dan segar utk mata.

Tiba di Dieng pkl. 10.30, mata sy langsung menangkap sebuah bangunan dgn tulisan “Losmen Bu Djono” yg terlihat mencolok dgn warna orange-nya. Langsung saja sy masuk dan disambut dgn petugasnya. Cukup sederhana. Sy memilih kamar yg tdk dilengkapi kamar mandi dalam dan air hangat. Setelah menyegarkan badan dgn mandi, sy pesan makanan di sini dgn menu sup sayur dgn jamur yg banyak. Maknyuusss…

Selesai makan, sy bertanya ke petugas di losmen bagaimana cara berkeli

ling Dieng dgn menggunakan jasa ojek. Ternyata mas Didik, sang pengurus losmen, mau mengantar sy keliling Dieng (bayar tentunya). Perjalanan sy dimulai tepat pkl 12.15. Lokasi pertama yg sy datangi ialah Telaga Warna. Cuaca cukup cerah, sehingga warna danau terlihat kontras. Dari sana, sy menuju ke Kawah Sikidang. Dinamakan Sikidang krn kawahnya tidak menetap; sesekali berpindah tempat alias lompat-lompat seperti kijang – jadilah namanya Sikidang atau Si Kijang. Kemudian sy menuju ke Candi Bima, Candi Gatotkaca, serta kelompok Candi Arjuna. Lalu perjalanan dilanjutkan ke Kawah Sileri dan berakhir di Telaga Mardada krn hujan mengguyur Dieng.

Sore hari, sy berjalan2 di sekitar losmen sambil mencari tempat makan. Ternyata, di depan losmen ada penjual sate. Jadilah menu makan malam sy sate plus tongseng, kambing tentunya. Balik ke losmen sy harus beristirahat krn besok subuh akan berjalan utk melihat sunrise.

Hari 2 : Jumat, 24 Oktober 2008

Dieng – Wonosobo – Magelang – Borobudur – Yogya – Solo

Lagi enak2nya tidur, mas Didik membangunkan sy tepat pkl. 3.15. Setelah cuci muka (secara gak tahan dinginnya air) kami berjalan kaki menuju ke gunung Sikunir. Rencananya naik motor, tp berhubung ada turis bule 5 org, jadinya kami berjalan kaki. Aje gileee.. Kira2 1,5 jam kemudian barulah kami tiba di puncak Sikunir utk melihat sunrise di sana. Sesampai di sana, ternyata cuaca tdk bersahabat sehingga view yg kami impikan tdk bisa ditangkap dgn sempurna. Tapi, teteup masih ada sedikit pemandangan yg tersisa utk kami. Perjalanan kembali ke losmen, kami mampir di Telaga Warna. Foto berperan penting utk menyisakan kenangan kebersamaan kami di Dieng. Sesampainya di losmen, sy memesan menu andalan yaitu sup jamur. Double porsi tentunya biar maknyuss-nya double…

Beres2 sebentar, pkl. 9.30 kami meninggalkan Dieng untuk menuju ke Borobudur. Para bule pengen ke Borobudur; sy pun demikian, secara seumur2 sy belum pernah ke sana. Mrk kaget, kok bisa katanya. Jadilah mrk menjuluki sy sebagai ‘the tourist at your home’, hehehe… Kami naik bus tujuan Wonosobo yg dilanjutkan ke Magelang lalu ke Borobudur. Kembali sy terkesima dgn keindahan candi Borobudur. Dan sekali lagi, foto berguna untuk mengabadikan kami berlima di sana.

Pkl. 16 kami berangkat menuju ke Yogya yg diiringi hujan sepanjang perjalanan. Kami berpisah di terminal, sementara sy melanjutkan perjalanan ke Malioboro utk bertemu teman yg selanjutnya akan menuju ke Solo. Kami naik kereta Prameks dari stasiun Tugu menuju ke Solo. Tiba di Solo, sy mencari hotel Kota (berdasarkan saran dr internet). Sederhana, tapi cukup bagus buat sy krn letaknya tepat di jl. slamet riyadi. Malam itu sy hanya sempat mencicipi makanan ringan khas Solo, nasi liwet.

Hari 3 : Sabtu, 25 Oktober 2008

Solo – Tawangmangu

Pagi hari, sekitar pkl. 7 sy menuju ke terminal utk mengadakan perjalanan ke Tawangmangu. Perjalanan yg memakan waktu sekitar 1 jam membawa sy menuju ke Wisma El-Bete

l, tempat di mana sy akan mengikuti ibadah. Kedatangan sy ke sana tanpa memberitahukan terlebih dahulu ke my-ex-girl-friend. Make a surprise gitu dehh.. Kemudian, setelah makan siang kami menuju ke daerah wisata air terjun Grojogan Sewu yg berjarak sekitar 8 km dari wisma El-Betel. Pemandangan yg sangat indah, ditambah percikan air terjun itu sendiri membuat suasana makin alam banget.

Malam minggu sy habiskan di wisma tersebut. Acara yg tadinya selesai lebih awal ternyata molor sampai lebih dari jam 10, membuat rencana tour malam sy di Solo terhalang; secara bus terakhir dari Tawangmangu ke Solo hanya sampai jam 9 malam. Gak apa2 kok...

Hari 4 : Minggu, 26 Oktober 2008

Tawangmangu – Solo – Yogya

Sy bangun lebih awal dan mencari bus menuju ke Solo. Tiba di Solo, sy lalu mencari tempat sarapan lalu kembali ke hotel untuk istirahat sebentar. Ternyata hari itu ada pawai kirab. Dengan menaiki becak, sy menuju ke Keraton Solo. Angka 13 ternyata juga ikut mempengaruhi keturunan keraton Solo, terbukti dgn tidak adanya foto dari keturunan ke-13 keraton Solo. Yg patut dilakukan di keraton ialah menimba air di sumur tempat salah seorang raja dahulu kala bertapa. Katanya, minum dan mencuci muka dgn air dr sumur tsb bisa membuat kita awet muda luar dalam. Patut dicoba… Bagian dalam keraton cukup indah; namun aturannya agak membingungkan sy; dilarang memakai sandal tapi sepatu diijinkan. Kok?

Dari sana, sy menuju ke pasar Klewer. Sempat berkeliling di dalam pasar, hanya untuk mengetahui seperti apa sih dalam dari pasar Klewer. Pura Mangkunegaran merupakan tujuan sy berikutnya. Di sana cukup ramai, karena memang ulang tahun kota Surakarta. Pameran yg ditunjukkan sangat komplit; alat musik, keris, lukisan, batik, sampai makanan minuman tradisional tersedia di sini. Hiburan tari dan seni juga menghiasi pameran ini. Setelah makan siang di pura, sy pulang kembali ke hotel karena jam 2 ada pawai kirab pusaka dunia di sepanjang jl. slamet riyadi. Pawai ini diikuti beberapa utusan negara tetangga, walaupun yg ditunjukkan ialah kebudayaan tradisional Surakarta. Penduduk tumpah ruah di sepanjang jalan ini, sampai2 untuk melihat pawai para penonton hrs rela berdesak2an.

Setelah acara selesai, sy kembali ke hotel utk check-out lalu menuju ke stasiun Solo Balapan dan menuju ke Yogya. Kereta Prameks kembali membawa sy ke Yogya. Setibanya di Yogya, hujan kembali mengguyur perjalanan sy. Berbekal info dr internet dan jasa ojek, sy menuju ke hotel Kristina di jl. dagen yg lokasinya sangat dekat dgn Malioboro. Sesampai di hotel, setelah makan malam dan membersihkan diri sy berencana utk jalan2 keliling Yogya. Namun, hujan menghambat langkah sy sehingga perjalanan hanya bisa dinikmati melalui tivi dan mimpi. Huhh…

Hari 5 : Senin, 27 Oktober 2008

Yogya – Jakarta

Bangun pagi sekitar pkl. 5, perjalanan sy mulai dgn menyusuri Malioboro mengarah ke Alun-

alun. Benteng Vredenburg, Monumen Serangan Umum 1 Maret, Alun-alun dan pasar di sekitarnya. Kembali ke hotel, sudah tersedia gudeg Yogya, menu pilihan utk sarapan yg disediakan oleh pihak hotel. Setelah makan dan mandi, sy berjalan menuju ke halte Trans Yogya di Malioboro utk menuju ke Prambanan. Tiba di halte Prambanan, sy harus berjalan kaki sejauh 300 meter utk tiba di lokasi Candi Prambanan. Lumayan, olah raga pagi. Candi Prambanan merupakan candi Hindu tercantik yg pernah ada, namun saat sy kesana, kecantikan itu seolah hilang akibat gempa bumi yg mengguncang Yogya 27 Mei 2006 lalu. Prambanan dalam proses rehabilitasi.

Setelah puas keliling Prambanan, sy kembali ke hotel utk check-out lalu dgn menaiki becak, sy menuju ke Alun-alun selatan. Kenapa sy harus kesini? Yg sy dengar, wisata di sini ialah dengan berjalan di antara 2 pohon beringin dgn kedua mata tertutup dari jarak kira2 50 meter. Cukup dekat, bahkan sangat dekat; namun yg terjadi seringkali orang2 berjalan malah sampai melenceng jauh atau bahkan berbalik arah. Kok bisa? Itu yg sy tdk mengerti. Mulailah sy latihan berjalan dgn mata terbuka. Berhasil, tentunya. Lalu kedua mata sy ditutup dan berjalan. Berhasil juga. Yg kedua sy coba lagi, dan tetap berhasil walaupun menabrak tembok pagar beringin yg sebelah kiri. Si bapak yg menemani sy berujar, “Cukup mas, biasanya yang ke-3 gagal. Lebih baik gak usah”. Ahh, namanya juga pengen nyoba pak. Maka, sy kembali berjalan melewatinya utk yg ke-3 kali. Dan, berhasil!

Dari sana, sy buru2 ke halte Trans Yogya utk menuju ke bandara Adi Sucipto. Tur backpack kok naik pesawat? Alasannya, poin Garuda Frequent Flyer sy cukup utk trip Yogya Jakarta, tinggal ditambah biaya surcharge dll yg setelah di hitung2 lebih murah daripada harga tiket kereta. Sekitar pkl. 7-an malam, sy tiba di Jakarta dan selanjutnya menuju ke Fatmawati.

Berakhir sudah perjalanan sy di Jawa Tengah; belum puas sih, tapi waktu (dan biaya) juga yg menentukan. Kapan2 sy harus bisa keliling lebih lama lagi. Rencana utk next tour berikutnya ialah East Java Tour dan Sumatera Tour. Yg pasti gak sendirian lagi ahh.. Ada yg mau ikutan?

No comments:

Post a Comment