Monday, November 30, 2009

DURIANAHOLIC

Setibanya di Sebuku, Kalimantan Selatan, ternyata musim durian masih lanjut sesi kedua; dan kali ini buahnya yang bener2 mantap dari segi ukuran dan rasa. Dekat dengan klinik, ada kebun durian milik penduduk lokal -pak Iruz. Bebrapa kali di kemudian hari, kami selalu memesan durian dari beliau. Awalnya di suatu Minggu pagi, berangkatlah kami menuju ke kebun beliau dengan harapan bisa langsung makan di kebunnya (syukur kalau dapet harga miring..).

Pak Iruz orangnya ramah dan menyenangkan, malah kami disediakan minum air aren segar yang baru diambil malam sebelumnya. Durian yang bagus2 pun dikeluarkan pagi itu. Setelah mencicipi beberapa buah durian, yang dagingnya kuning & tebal serta beragam rasa -manis & pahit, si pemilik berkata begini:

"Pak, ini luka kaki saya yang dulu Bapak jahit sudah bagus. Sekarang tidak ada keluhan. Terima kasih ya.."

Sempat saya berhenti mengunyah durian sambil pikiran saya menerawang mengingat satu-persatu penduduk lokal yang pernah berobat. Dan, teringatlah saya akan bapak ini.

(delapan bulan sebelumnya)

Sekitar jam 9 pagi, datang karyawan mengantar seorang bapak karena kakinya terkena parang saat ke hutan. Melihat jenis lukanya, saya sudah yakin ini pasti bakal dijahit (tanpa obras). Setelah mendapatkan 5 jahitan, bapak tersebut segera pulang setelah saya bekali obat dan pesan untuk kontrol kembali 3 hari kemudian. Tunggu punya tunggu, bahkan sampai kami samperin ke rumahnya untuk mengetahui perkembangan luka, namun saya tidak pernah menjumpai bapak itu lagi. Seiring berjalannya waktu, begitu juga keyakinan bahwa luka bapak itu pasti sudah sembuh.

Dan, di kebun durian inilah kami bertemu kembali. Setelah berbincang sana-sini tentang keluarganya, akhirnya kami pulang sambil membawa beberapa ikat durian dengan harga yang sangat murah (plus gratis makan di kebunnya). Ah, senangnya!

Pelajaran moral:

Apa yang kamu tabur, itu pula yang akan kamu tuai. Jangan jemu-jemu berbuat kebaikan bagi orang lain selagi masih ada waktu.

Thursday, November 26, 2009

FEMINISM

"Feminism is a metaphysical revolt against the characteristics of women. Men seem to have all the advantages, and so feminists try to become a caricature of men" -Dr. Alice von Hildebrand

Istilah 'feminisme' baru mulai populer di tahun 1970an yg mengacu pada pergerakan kaum wanita di belahan dunia barat yang menginginkan persamaan hak dalam politik, sosial, budaya dan ekonomi antara wanita dengan pria. Wanita tidak lagi puas dengan hanya menjadi istri yang baik dan ibu rumah tangga yang mengurusi anak dan memasak. Mereka tidak lagi ingin menjadi pendamping setia yang penurut. Mereka ingin mendapatkan semua yang pria bisa dapatkan. Alasan mereka sederhana: karena manusia memiliki derajat yang sama terlepas dari jenis kelaminnya, dan terutama, karena selama ini pria telah semena-mena menyalah-gunakan kekuasaan dan hak yang dimiliki. Wanita merasa telah menjadi korban, dan mereka protes dengan keras.

Dan protes mereka bukan saja telah didengar, tapi juga telah merubah dunia. Ketika Margareth Thatcher menjadi Perdana Menteri Inggris tahun 1979, gerakan ini mencapai puncaknya. Ahirnya seluruh dunia harus mengakui bahwa wanita pun dapat berdiri di puncak dan menjadi penguasa, termasuk penguasa atas pria. Para wanita di seluruh dunia bersorak sorai penuh kemenangan, dan ini telah merubah posisi wanita dalam masyarakat. Ini menunjukkan bahwa seseorang diakui bukan lagi karena jenis kelaminnya, tapi karena kompetensinya. Tapi masalahnya, semua persamaan hak ini telah jauh kebablasan dan malah mendorong wanita berubah menjadi mahluk yang materialistis, kompetitif, dan Cosmopolitan: fun, fearless female; sama sekali berbeda dari sosok ibu yang kita kagumi dan sayangi.

Wanita dan pria adalah dua entitas yang berbeda, baik secara fisik maupun pisikis, maka secara logika istilah persamaan hak sangatlah absurd. Dan wanita sendiri pun tahu benar akan hal ini, oleh karena itu feminisme hanya menuntut persamaan hak, tapi tidak persamaan kewajiban. Dengan kata lain, wanita menginginkan semua keuntungan dan hak yang dimiliki pria namun tidak mau menjalani kewajiban yang dimiliki pria. Lebih simpelnya lagi: wanita mau yang enaknya saja. Kaum wanita tidak puas hanya dengan persamaan hak. Wanita terus menerus, sedikit-demi sedikit, perlahan namun pasti, merubah nilai-nilai sosial yang telah menjaga kita sejak jaman nenek moyang kita ribuan tahun yang lalu. Wanita ingin membentuk sebuah dunia di mana wanita dihargai, diutamakan dan diistimewakan lebih daripada pria. Yang jelas sangat bertentangan dengan prinsip awal gerakan feminisme itu sendiri: persamaan hak antara pria dan wanita.

Dan mereka telah berhasil. Sangat berhasil, malah. Beberapa contoh sederhana:
1. Pria harus bekerja dan berpenghasilan. Wanita boleh bekerja, boleh tidak.
2. Wanita berhak untuk berekspresi dengan fashion, mewarnai rambut dan potongan yang berbeda-beda. Sedangkan pria harus potong pendek rapi, tidak boleh di warnai serta wajib memakai kemeja, dasi dan celana bahan.
3. Pria masih dituntut untuk bisa mengerjakan 'kerjaan' pria, seperti mengganti ban mobil, menyetir kendaraan, memperbaiki komputer dsb. Wanita tidak lagi dituntut untuk bisa mengerjakan 'kerjaan' wanita, seperti masak, mencuci, dandan, dsb.
4. Pria minta tolong pada wanita untuk mencuci pakaian, dia akan anggap itu merendahkan. Silakan minta tolong pada pria untuk mengangkat barang berat, ia akan melakukannya dengan senang hati.
5. Pria wajib membayari wanita makan, sedangkan wanita tidak harus memasak untuk pria.
6. Wanita selalu diprioritaskan dan diperlakukan spesial: tempat parkir khusus wanita, ladies nite di nite club, apabila ada musibah dahulukan wanita dan anak kecil biarkan pria mati duluan.
7. Pria menggoda wanita secara vulgar disebut pelecehan dan dapat dilaporkan ke pihak berwenang. Wanita menggoda pria secara vulgar hanya disebut agresif dan apabila dilaporkan tidak akan ada yang percaya.
8. Tidak apa-apa bila wanita menyentuh pria, tapi bila pria menyentuh wanita disebut tidak sopan.

Margareth Thatcher sendiri dijuluki 'Wanita Bertangan Besi', apakah Anda bisa membayangkan apabila Anda menjadi anaknya? Atau suaminya? Apakah itu sosok wanita sejati yang diidamkan oleh setiap pria? Apabila Anda perhatikan, hampir semua wanita-wanita berkarir sukses yang berdiri di puncak, biasanya selalu kesepian dan tetap melajang hingga usia lanjut, atau selalu gagal dalam hubungannya, nikah-cerai dsb.

Wanita menuntut pria agar bersikap sebagai gentleman, menghargai dan memperlakukan wanita dengan penuh hormat, tapi apakah wanita sendiri mau bersikap seperti seorang lady dan menghormati pria? Parahnya, wanita merasa tidak perlu berubah, karena, toh, dengan bersikap semaunya pun, semua pria sudah bertekuk lutut dan mengantri dengan ngarep di hadapan mereka. Feminisme yang kebablasan. Saya sangat setuju dengan persamaan hak wanita untuk memperoleh pendidikan setinggi mungkin, memilih karir/profesi yang mereka inginkan, memiliki hak politik, memiliki hak perlindungan hukum, dsb. Dewasa ini, wanita yang mampu mengalahkan pria di segala hal dianggap hebat dan dikagumi, dan pria yang tidak takut untuk menangis dan menunjukkan kelemahannya dianggap pria yang sejati. Tapi jujur saja, tidak ada pria yang menyukai wanita yang kasar, dominan, tukang ngatur, terlalu girl power dan cuek. Sama seperti tidak ada wanita yang menyukai pria yang terlalu sensitif, sedikit-sedikit mellow, panik dan terbawa perasaan.

Wanita seperti apa yang Anda inginkan? Wanita yang cantik dan seksi tapi tidak tahu caranya bersikap seperti seorang wanita? Atau wanita yang tahu caranya menghargai dan menghormati Anda sebagai seorang pria, yang tahu caranya membawa diri dan bersikap di hadapan teman-teman atau keluarga Anda. Wanita yang memiliki kualitas keibuan yang penyayang, lemah lembut, halus tutur katanya, yang membuat Anda yakin bahwa Anda dapat mempercayakan anak Anda kelak dalam perawatannya? Dengan kata lain, seorang wanita sejati yang dapat Anda banggakan. Apabila Anda menginginkan seorang wanita sejati, maka mulai sekarang janganlah menjadikan kecantikan atau bentuk tubuh seorang wanita sebagai prioritas Anda. Jadilah tegas. Katakan TIDAK apabila Anda menemukan wanita yang tidak wanita.

Tapi tentu, sebelum Anda menuntut hak, Anda pun harus melakukan kewajiban Anda. Rasanya tidak adil apabila Anda menuntut wanita menjadi wanita sedangkan Anda sendiri belum menjadi pria yang layak untuk mendapatkan mereka. Karena itu lakukan segala macam cara untuk meningkatkan kualitas Anda sebagai pria.

Monday, November 23, 2009

TAKE ME (HIM) OUT

Apakah Anda familiar dengan judul artikel kali ini? Ya, "Take Me Out" adalah sebuah reality show yang tergolong baru di televisi Indonesia. Ketika saya pertama kali melihat acara ini, kata pertama yang muncul dari mulut saya adalah: "Oh my God! This is pathetic!"

Take Me Out mengambil konsep mirip dengan Indonesian Idol, di mana seorang kontestan akan dipilih apakah akan lolos ke babak selanjutnya atau tidak. Bedanya, di reality show Take Me Out, bukan penonton yang memutuskan apakah sang kontestan menang atau tidak, melainkan sekumpulan wanita. Hadiahnya bukan berupa kontrak album atau si kontestan menjadi penyanyi. Hadiahnya adalah si kontestan bisa menjadi pacar dari salah satu wanita-wanita diatas. Tidak seperti reality show yang berlangsung di jalanan/rumah/atau setting publik lainnya, "Take Me Out" diadakan di sebuah panggung yang besar. Tiga puluh orang wanita dikumpulkan dan berdiri terpisah. Masing-masing dengan tombol di tangannya. Kita sebut saja mereka sebagai "Pemilih". Kemudian sang pembawa acara memanggil seorang pria untuk keluar dan berdiri di tengah-tengah panggung, diantara para wanita Pemilih tadi. Kita sebut saja pria ini sebagai "Option" atau pilihan.

Dan babak pertama dimulai.

Di babak pertama ini, si pria kemudian diminta untuk memperkenalkan dirinya secara detail dan menyeluruh. Babak pertama usai ketika para Pemilih menekan tombol mereka; apakah mereka menginginkan pria tersebut atau tidak. Jika mereka tidak mau, maka mereka cukup menekan tombol saja.
Babak kedua akan dimulai jika ternyata dari antara tiga puluh wanita tersebut ada yang berbaik hati untuk tidak menekan tombol. Di babak kedua ini, kontestan diminta untuk menunjukkan kebolehannya atau keunggulannya. Dan kemudian, saatnya eliminasi lagi. Para wanita diberikan kesempatan untuk memilih apakah mereka menginginkan pria ini terus maju ke babak selanjutnya atau tidak..
Show ini selesai ketika kontestan mampu bertahan dari eliminasi dari para wanita dan berhasil dipilih oleh salah satu dari tiga puluh wanita pemilih tersebut.

Mungkin saat ini Anda bertanya-tanya, lalu apa yang hendak saya bahas di artikel kali ini? Jawabannya sangat simple.

Saya ingin Anda menyadari bahwa show-show seperti inilah yang dengan mudah merusak paragdima dan mindset Anda tentang hubungan pria-wanita dan dinamika romansa. Di show ini, sang kontestan sama sekali tidak punya kesempatan untuk memilih. Apakah si kontestan akan merasa senang atau sedih, kalah atau menang, semuanya ditentukan oleh tiga puluh wanita di atas panggung. Take Me Out adalah show yang menunjukkan pada dunia kalau wanita adalah sang Pemilih yang memiliki Option untuk memilih Anda atau tidak. Sementara pria tidak memiliki option sama sekali. Dan ini sangat-sangat menyedihkan.

Salah satu paradigma yang merusak dan menjadikan Anda kesulitan dalam berhubungan dengan wanita adalah konsep Option atau Pilihan. Saya ingin Anda merefleksikan kehidupan romansa Anda selama ini, apakah selama ini Anda memiliki Option? Atau selama ini Anda lah yang menjadi Option? Apakah selama ini Anda dapat memilih wanita yang akan menjadi pasangan Anda, atau sebaliknya, Anda malah menjadi pilihan yang dapat dieliminasi oleh wanita?

Mungkin Anda berpikir sekarang, "Hey! Tidak ada yang salah dengan menjadi Option, karena itu berarti paling tidak saya punya kesempatan untuk dipilih." Sobat, jika Anda berpikir menjadi Option lebih baik DARIPADA tidak menjadi Option sama sekali, well.. itu terserah Anda. Tapi pertanyaannya: apakah Anda ingin terus dan terus berharap agar si wanita memilih Anda? Apakah Anda mau terus menunggu agar akhirnya Anda bisa mengalahkan Option-Option lainnya dan berhasil menjadi Option utama?

Selama Anda masih memegang konsep bahwa Anda adalah sebuah Pilihan, maka selama-lamanya Anda hanya akan menjadi Pilihan. Sebuah Pilihan yang bisa digantikan dengan mudah oleh Pilihan lainnya. Sebuah pilihan yang berarti bisa untuk TIDAK dipilih.

Bagaimana dengan Take Him Out? Ini lebih parah, di akhir babak sang wanita malah berhak untuk menolak pria yang tersisa lalu pergi begitu saja. Disini, pria sekali lagi tidak memiliki pilihan.

Mari saya berikan Anda sebuah anologi.

Apakah Anda suka bermain game?
Dalam setiap game selalu ada menu OPTION. Di dalam Option, Anda bisa memilih karakter. Anda juga bisa memilih setting suara, tampilan, tingkat kesulitan, bahasa, konfigurasi tombol, dan lain-lain. Sekarang bayangkan jika Anda bermain sebuah game, dan ketika Anda ingin memilih karakter, ternyata tidak terdapat menu option!
Atau apakah Anda pernah ke restoran Padang? Di depan Anda tersaji puluhan jenis makanan! Dan Anda bisa memilih dengan bebas! Bayangkan saat Anda berada di restoran Padang, ternyata di depan Anda hanya ada satu menu saja: rendang balado!
Mana yang lebih menarik untuk Anda?
Game dengan Option, dan restoran dengan berbagai menu? atau,
Game tanpa Option, dan restoran dengan satu menu saja?

Sobat, Anda harus menyadari bahwa selama ini Anda hidup dengan berbagai pilihan. Anda memiliki hak untuk memilih apa yang terbaik untuk Anda. Apakah Anda ingin makan atau tidak? Apakah Anda ingin pergi nonton atau main billyard? Apakah Anda ingin terus tidur atau pergi kekantor? Apakah Anda ingin menabung atau ingin menghabiskan gaji Anda? Apakah Anda ingin diam di rumah di malam minggu atau keluar dan hang out bersama sobat-sobat Anda? Sobat, Anda SELALU memiliki pilihan. Pilihan, dan begitu banyak pilihan setiap saat berada di depan Anda.

Pertanyaan saya kali ini adalah, tapi kenapa ketika berhubungan dengan wanita dan romansa, Anda berubah menjadi tidak punya pilihan? Mengapa sepertinya Anda tidak lagi memiliki Option atau Jalan lain? Mengapa ketika berhubungan dengan wanita, Anda MEMILIH untuk menjadi pilihan dan bukannya memiliki pilihan? Mengapa Anda puas hanya menunggu dipilih dan bukannya malah memilih? Jika Anda berhenti menjadi Option dan menunggu untuk dipilih wanita, saya yakin kehidupan romansa Anda akan menjadi jauh lebih menyenangkan!

Coba bayangkan kejadian ini terjadi pada Anda: hari ini hari Jumat dan besok malam Minggu tiba. Anda ingin menonton film Inglourious Basterds yang dibintangi oleh Brad Pitt. Anda ingin mengajak seorang wanita, jadi Anda mengecek phone book di HP Anda. Hmm.. paling tidak ada tiga wanita yang pasti bisa Anda ajak. Dan Anda harus memilih siapa wanita yang beruntung untuk diajak nonton dan dinner. Si Dewi teman sekantor yang cantik dan seksi, si Bunga teman sekampus dulu yang anggun dan keibuan, atau si Mira teman baru yang supel dan asyik yang Anda hit dua minggu yang lalu. Pilihan akhirnya jatuh pada Bunga, karena Dewi meskipun cantik tapi sudah terjangkit virus Blackberry sehingga suka autis sendiri, sedangkan Mira meskipun asyik tapi terkadang bawelnya suka kelewatan. Dan Anda pun lalu menghubungi Bunga dan pergi malam mingguan dengannya.

Apabila Anda memiliki pilihan rasanya sangat menyenangkan, bukan?

Dan sebelum saya diprotes, saya akan beritahu Anda bahwa wanita pun melakukan hal yang sama! Wanita cantik yang menarik SELALU memiliki pilihan. Itu sebabnya setiap kali Anda mengajak mereka pergi hang out, mereka selalu menjawab, "Nanti aku kabarin lagi yah.." karena mereka sedang menimbang-nimbang ingin pergi dengan siapa malam ini. Pergi nonton dengan Anda, pergi karaoke dengan pria lain yang sudah mengajaknya sejak minggu lalu, atau pergi main bowling dengan pria teman sekantornya.

Apabila mereka bisa memiliki pilihan, Anda pun bisa memiliki pilihan.

Sobat, apakah Anda ingin terus hidup tanpa memiliki pilihan dalam kehidupan romansa Anda? Ataukah Anda ingin menjadi Pria yang memiliki PILIHAN dalam kehidupan Romansanya?

Pikirkan sejenak!

Wednesday, November 04, 2009

DOLL(y)

Rasa penasaran seperti apa sih Dolly, lokalisasi legal terbesar se-Asia Tenggara, mengantar langkah kaki sy langsung setibanya di Surabaya 3 Nov 09. Bersama temannya teman yg domisili di Surabaya jadilah kami menjelajahi tempat yg sebagian orang dengan mengatas-namakan agama menyebutnya dengan istilah tempat maksiat.

Setelah muter2 plus tanya sana-sini, tibalah kami di jalan besar lokalisasi. Langsung mobil kami parkir (tarif parkir 10rb, lebih mahal dr parkir di mall Plaza Semanggi..) lalu melangkah perlahan menyusuri keremangannya, sangat perlahan tepatnya. Dan yang menarik perhatian sekaligus mengundang tanda tanya besar di benak adalah, "kok bisa ya bisnis seperti ini dianggap legal di negeri yg masih memegang norma-adat-agama yg tinggi?". Bagaimana tidak, di sepanjang jalan dan gang sempitnya berjejer rumah-rumah dengan jendela kaca yg dengan sekali lirik bisa memuaskan libido mata serta beratus kali menelan ludah akibat pemandangan paha putih mulus serta belahan dada yg cukup menantang. Kontrasnya, di depan setiap rumah bergerombollah para pria gemuk-hitam-sangar yg bertindak sebagai calo menawarkan pemuas-nafsu dengan berbagai pilihan dan harga yg sangat rendah, 80.000 short-time, bagaikan menawarkan karcis di terminal Kampung Rambutan. Ironis!

Timbul pertanyaan, apakah dijamin kesehatannya? Menurut seorang teman, para PSK di Dolly dijamin bersih karena setiap hari Rabu dilakukan pemeriksaan kesehatan; jika didapati terjangkit penyakit menular akan segera diungsikan dari lokalisasi tersebut. Sarannya, lebih baik datang di hari Rabu malam karena dijamin masih "fresh" sehabis pemeriksaan kesehatan.

Apakah saya tertarik untuk mencicipi salah satu dari ratusan wanita malam di sana? Terbersit keinginan di benak jika tidak mengingat hari itu Selasa malam. Bagaimana dengan Rabu malam? Hmm, kita lihat saja...