Waktu sy berkesempatan bertugas di salah satu produsen mutiara laut milik Australia di Papua, sy cukup kaget (untung ga sampai pingsan). Yg sy pikir sistem barter sdh ga berlaku lagi saat ini, ternyata anggapan sy itu totally wrong! Para nelayan, yg tinggal di bagang, menukar ikan2 hasil tangkapan mereka dgn rokok. Alasannya, mrk kerja di laut dan makanan serta ikan tersedia melimpah; sementara stok rokok bisa habis dlm seminggu. Dan para nelayan di sana cukup (bahkan sangat) murah menukar hasil laut mrk dgn rokok. Coba bayangin, 1 karung beras kapasitas 25 kg yg diisi ikan teri kering (sekitar 8-10 kg) hanya ditukar dgn 3 bungkus rokok; cumi kering agak 'mahal' dikit, yaitu 5 bungkus rokok; 20 ekor ikan cakalang ukuran 40 cm-an hanya dihargai 6 bungkus rokok; sedangkan ikan tenggiri & bobara yg sdh diasin seberat 20 kg hanya mau ditukar dgn 10 bungkus rokok. Edan!
Alhasil, sepulangnya dari sana barang bawaan sy nambah; ikan bobara asin (istilah penduduk sana 'ikang garam') dan ikan teri. Sayang, maksimal bagasi pesawat yg diijinkan 20 kg saja. Kalau lebih, mungkin bisa jd pedagang ikan ya? hehe...
Kabarnya, sy akan bertugas di sana lagi pd bulan November-Desember nanti. Cihuuyyy..
"Wahai para nelayan di Papua, siapkan ikan2 kalian krn sy akan dtg membawa byk rokok" Mudah2an mrk belum menaikkan harganya. Doakan ya.. :-)
No comments:
Post a Comment