Bantimurung
Kembali dr Sorowako, kami langsung menuju ke Hasanuddin Airport di Makassar. Pikir2 sdh hari Jumat dan kalo kembali ke Jakarta juga tetap libur Sabtu Minggu, jadinya kami memutuskan utk tur kembali alias muter2 sampai kaki pegel… Dari bandara, kami carter mobil seharga 100rb menuju ke air terjun Bantimurung. Terlalu mahal sih, krn bisa diirit dgn naik ojek ke jalan utama (15rb), lalu naik pete2 (baca: angkot) menuju ke Maros (5rb) dan dari sana kembali naik pete2 ke Bantimurung (5rb). Berhubung bawaan ada laptop segala, punya kantor pula, jadi kami mesti carter mobil.
Memasuki daerah wisata, kami disambut dgn patung besar dr nenek moyangnya Charles Darwin. Ini dia… Mirip sama om Darwin gak ya? Hehehe… Setahu sy, Bantimurung terkenal dgn kupu2nya yg beraneka warna dan jenis, namun saat kami ke sana, kupu2 sdh jarang (bahkan tdk ada); malah banyaknya sdh menjadi hiasan berupa gantungan kunci, koleksi kupu2, dll. Sayang!
Naik ke anak tangga yg mengarah ke gua Batu, kami hrs berjalan kaki sejauh 900 meter, puffhh… Guanya menurut sy kurang menarik, stalagmite yg terbentuk tdk menarik ditambah coretan di dinding gua. Yg menarik hanya pemandangan di luar gua berupa danau kecil. Indah kan?
Oiya, karcis masuk di sini 4rb; kalau mau ke wisata lainnya di sini cukup sewa senter oleh banyak warga lokal di sekitar. Kami harus kembali ke Makassar secepatnya, jd pulang deh kami dr Bantimurung. Perjalanan kami pilih dgn naik pete2 yg bener2 super irit. Tiba di Makassar, kami menuju ke rumah salah seorang kenalan utk titip barang lalu mencari bus ke Toraja yg kami rencanakan malamnya.
Toraja
Bus yg kami pilih benar2 istimewa; bisa tidur di jalan krn pak sopir menguasai jalan dan mahir mengemudikan bus tersebut. Rekomendasi banget utk perjalanan Makassar – Toraja. Dgn biaya 80rb perjalanan start pkl. 21.30 dan tiba pkl. 6 pagi. Brrrr, dinginnya Makale, ibukota Tana Toraja, menyambut kami pagi itu. Setelah bersihin badan (di pool bus booo...) kami perlu mengisi bahan bakar utk perut. Bah, ngga ada yg buka pagi2. Jadinya, bakso menjadi pilihan sarapan kami. Lumayan…
Nah, tiba waktunya utk sewa mobil. Di terminal, kami menawar satu mobil Kijang utk mengantar kami keliling Toraja sampai pkl. 6 sore. Tawar menawar dan pas lah harganya, 300rb sdh termasuk bensin dan sopir. Heavenly cheap, is it? Kalo ada rekan2 yg mau bepergian di Toraja sy rekomendasikan hubungi si supir, Melky, asli Kupang yg kedampar di Toraja (085299803591).
Tur Toraja dimulai di Lemo, salah satu wisata kuburan batu yg jaraknya terdekat dgn Makale. Pagi2 sudah liat kubur nih, hehehe… Di sekitar Lemo, ada banyak penjual kerajinan dan souvenir khas Toraja yg bisa diperoleh dgn harga yg bener2 heavenly cheap…
Dr sana, kami menuju ke Tilanga' (yg artinya air menyembur). Sengaja kami ke sini krn pingin melihat Masapi, hewan air yg seperti belut namun juga seperti ikan gabus dgn ukuran badan yg lumayan besar. Setelah menunggu lama ditambah menggunakan jasa seorg anak, keluarlah hewan tsb. Cukup panjang, kira2 2 meter; namun kata si anak itu masih termasuk yg kecil. Wah, induknya seberapa besar ya? Menurut cerita penduduk ada yg mencapai ratusan meter. Oh ya?
Tempat wisata berikutnya ialah Londa. Hmmm, semua wisatawan yg menuju Toraja pasti tau tempat ini. Terkenal dgn gua berisi peti2 mati dan tengkorak yg jumlahnya banyak sekali. Sangat religious, ditambah letaknya yg sedikit menurun membuat daerah tersebut agak syerem (kalau jalan sendiri, hehehe…). Inilah kami bertiga, sy beserta temen mba Ella, dan sang sopir Melky. Mantap gaya kami kan, hehehe…
Kete Kesu merupakan tempat wisata kunjungan kami berikutnya. Terkenal dgn deretan Tongkonan, rumah adat Toraja. Sayang, rumah2 tsb terlihat seperti tdk terurus. Banyak tanaman di sepanjang atapnya. Kami juga menuju ke wisata kuburan di belakang deretan Tongkonan di sana. Nah, ada latar yg mantap utk berfoto lagi nih… Guide kami, seorang anak kelas 2 SMP, menceritakan panjang lebar ttg budaya Toraja terutama pesta adat dan segala macam ukiran yg ada. Menambah wawasan jadinya.
Makassar
Keesokan harinya kami tiba di Makassar. “Masih pagi mba, kita ke pantai Losari yuk...”. Si mba Ela manggut2 wae sambil bersuara, “Okeh. Mantap!”. Apa coba... Berkunjung ke pantai Losari sudah kami agendakan sejak hari Jumat, tp berhubung macet plus habis ujan jadinya bechek dan juga gak ada ojhek (untuk gak mencrhet, hehe...) baru Minggu pagi inilah kami punya waktu panjang. Secara skejul pesawat kami nanti sore jam 3. Indah ya pantai Losari di Minggu pagi, ditambah super ramai. Mmmm... Coba2 makan ahh... Sy pesen 1 porsi pisang epe bakar sementara mba Ela masih dgn menu andalan sarapan khas urang Sunda, bubur ayam. Cukup lama kami di Losari, banyak hal yg bisa dipandangi; ramainya pejalan kaki, org yg berjualan, anak2 yg berenang. Tapi, 1 yg paling menarik perhatian sy yaitu seorg pemuda yg sedang memancing. Lama kami liatin dia mancing tp gak 1 pun ikan yg berhasil didapatkan. Pesan moral: kalau hobi jangan pernah menyerah, hallahhh... Puas berjalan2 disini membuat kami kelaparan lagi. Jalan bolak-balik, lihat sana sini masih belum ada tempat makan yg buka. Kami sdh sepakat, kali ini makan pagi harus bener2 khas Makassar. Harus! Dan setelah lelah berjalan mondar mandir selama 30 menit, akhirnya ada juga rumah makan yg buka, baru saja buka tepatnya. Mau tau apa menu yg kami incar? Ini dia: kapurung (makanan dari sagu, kalau di Ambon dikenal dgn papeda) dan es pisang ijo. Mantap! Makasar bangeettt... Buru2 kami kembali mengambil barang2 dan langsung ke bandara Hasanuddin. Tepat jam 3 sore pesawat membawa kami ke Jakarta. Dan keberuntungan kembali menghinggapi badan lelah kami. Pihak Garuda meminta kami pindah ke kelas bisnis dgn alasan kelas ekonomi sudah penuh. Bener2 very lucky...
Tanggal 24-28 Maret 2009 ini ada rencana (sudah fix tepatnya) untuk ber-fun ria di seputaran Bromo-Malang-Batu. Sejauh ini sudah lebih dari 10 orang yg pasti ikut. Tunggu cerita dan foto2nya ya di posting berikutnya... Chayooooooooo...
No comments:
Post a Comment