Baru-baru ini di Jepang, berbagai macam yoghurt, seperti “Yoghurt Laut Kaspia” dan “yoghurt
aloe”, menjadi sangat popular karena memiliki keuntungan-keuntungan
kesehatan yang dipromosikan secara luas. Namun Hiromi Shinya, Guru Besar
Kedokteran Albert Einstein College of Medicine, yakin bahwa semua ini adalah
gambaran yang salah.
Yang sering ia dengar dari orang-orang yang mengkonsumsi yoghurt adalah bahwa kondisi pencernaan
mereka membaik, mereka tidak lagi mengalami konstipasi, atau pinggang mereka
mengecil. Dan mereka percaya bahwa semua hasil ini berkat laktobasilus yang
terdapat dalam setiap yoghurt.
Namun, kepercayaan dan keuntungan-keuntungan laktobasilus
ini sejak awalnya sudah dipertanyakan. Aslinya, laktobasilus terdapat di dalam
usus manusia. Bakteri ini disebut “bakteri yang bermukim dalam usus”. Tubuh
manusia memiliki suatu sistem pertahanan melawan bakteri dan virus yang datang
dari luar, jadi bahkan bakteri-bakteri yang biasanya baik untuk tubuh anda,
seperti laktobasilus, akan diserang dan dihancurkan oleh pertahanan alami tubuh
jika mereka bukan bakteri yang bermukim dalam usus.
Garis pertahanan terdepan adalah asam lambung. Saat
laktobasilus dari yoghurt memasuki
lambung, sebagian besar dari mereka dimatikan oleh asam lambung. Oleh sebab
itulah, baru-baru ini dilakukan perbaikan dan yoghurt pun dipasarkan dengan slogan “laktobasilus yang berhasil
mencapai usus Anda”.
Namun, bahkan jika bakteri itu mencapai usus, apakah
memang mungkin mereka dapat bekerja sama dengan bakteri-bakteri yang bermukim dalam
usus?
Alasan Hiromi Shinya mempertanyakan klaim mengenai yoghurt ini adalah karena dalam konteks
klinis, karakteristik usus mereka yang mengonsumsi yoghurt setiap hari tidak pernah baik. Hiromi Shinya menduga keras
bahwa bahkan jika laktobasilus di dalam yoghurt
dapat mencapai usus hidup-hidup, mereka tidak mengakibatkan usus bekerja lebih
baik, malah hanya mengacaukan flora usus.
Lalu, mengapa banyak orang yang merasa bahwa yoghurt efektif dalam memperbaiki
kesehatan mereka? Bagi banyak orang, yoghurt
seolah “menyembuhkan” konstipasi. Namun, “penyembuhan” ini sesungguhnya adalah
suatu kasus diare ringan. Beginilah hal ini mungkin bekerja: Orang dewasa tidak
memiliki cukup enzim yang menguraikan laktosa. Laktosa adalah gula yang
terdapat di dalam produk-produk susu, tetapi laktase, yaitu enzim yang
menguraikan laktosa, mulai berkurang jumlahnya selama kita tumbuh dewasa. Kalau
dipikir, hal ini cukup alami karena susu adalah sesuatu yang diminum oleh
balita, bukan orang dewasa. Dengan kata lain, laktase adalah enzim yang tidak
diperlukan orang dewasa.
Yoghurt
mengandung banyak laktosa. Oleh karenanya, pada saat Anda mengkonsumsi yoghurt, yoghurt itu tidak dapat dicerna dengan baik akibat kurangnya enzim
laktase, yang kemudian berakibat pada kesulitan mencerna. Pendeknya, banyak
orang yang mengalami diare ringan jika mereka mengkonsumsi yoghurt. Orang yang percaya bahwa yoghurt menghilangkan konstipasi karena menyebabkan diare tidak
melihat keseluruhan gambarannya. Akibatnya, diare ringan ini, yang sesungguhnya
adalah ekskresi kotoran stagnan yang selama itu terakumulasi dalam usus besar,
secara keliru dianggap sebagai pengobatan terhadap konstipasi.
Kondisi usus Anda akan memburuk jika Anda mengkonsumsi yoghurt setiap hari. Hiromi Shinya dapat
mengatakan hal ini dengan yakin berdasarkan hasil pengamatan klinisnya. Jika Anda
mengkonsumsi yoghurt setiap hari, bau
kotoran dan gas Anda akan menjadi semakin tajam. Inilah suatu indikasi bahwa
lingkungan usus Anda semakin memburuk. Alasan timbulnya bau tersebut adalah
karena racun tengah diproduksi di dalam usus besar. Oleh karena itu, walaupun
banyak orang membicarakan efek-efek kesehatan yoghurt secara umum (dan perusahaan-perusahaan yoghurt dengan senang hati menggembar-gemborkan produk mereka),
dalam kenyataannya, banyak hal menyangkut yoghurt
yang tidak baik bagi tubuh Anda.
(diambil dari buku The Miracle of Enzyme oleh Hiromi Shinya MD; hal. 102-105)